Di mana bisa menemukan bangkai pesawat perang Lockheed P-38 Lightning di kedalaman 2 meter? Di Teluk Cenderawasih!
Terlebih istimewa, dua bangkai pesawat yang diduga berasal dari peninggalan Perang Dunia II itu hanya sepelemparan batu dari tepi pantai Pulau Rouw. Pulau ini berjarak 1,5 jam dari Nabire jika ditempuh menggunakan perahu cepat. Bentuk pesawat bermesin ganda itu pun masih utuh lengkap dengan kokpitnya.
Temuan ini menjadi satu catatan penting Tim Jelajah Terumbu Karang saat menyusuri Teluk Cenderawasih pada pertengahan Agustus 2017. Mulai dari Gunung Botak di Manokwari Selatan hingga berakhir di Napan Yaur Nabire; hampir tiap hari penuh pengalaman mengejutkan.
Titik Penyelaman di Teluk Cenderawasih
[kompas-google-maps id=”map-canvas”]
Pengalaman tersebut antara lain pertemuan dengan mamalia raksasa paus saat kembali dari penyelaman di Tridacna Reef. Dari jarak sekitar 100 meter, semburan air dari lubang pernapasan paus terdengar sangat jelas. Bahkan, ketika didekati hingga jarak 50 meter dengan perahu cepat yang melambat, paus itu bergeming beberapa menit. Meski kemudian, ia mengambil napas panjang dan menyelam sambil mengibaskan ekornya yang lebar.
Dalam penyelaman pun, tim menemukan banyak hal menarik di pulau yang dijelajahi. Peneliti Loka Konservasi Biota Laut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang berbasis di Biak, Papua, Ludi Parwadani Aji, yang mendampingi Kompas menilai kondisi terumbu karang yang didatangi masih cukup bagus.
Kondisi ini sudah sepatutnya mengingat sebagian titik penyelaman berada di zona inti, seperti Pulau Wairundi, Numamuram, Matas, Tridacna Reef, Tanjung Mangguar, dan Nutabari. Hanya di lokasi terakhir, ditemukan predator terumbu karang berupa bintang laut berduri (Acanthaster planci).
Dalam jumlah populasi yang besar, A. planci, Ludi mengutip sejumlah penelitian, dapat memangsa karang seluas 5-6 meter persegi per tahun. Menurut Ludi, keberadaan A. planci ini masih normal sehingga tak akan mengganggu ekosistem terumbu karang setempat.
Menurut catatan Kompas yang 10 tahun lalu pernah menyelam di daerah itu bersama petugas Balai Besar TN Teluk Cenderawasih, kondisinya memang jauh berkurang. Patahan karang serta karang yang tertutup alga hingga memutih mudah dijumpai di kedalaman-kedalaman tertentu. Ludi menduga kerusakan itu disebabkan faktor alam, seperti arus kuat akibat badai serta faktor antroposentris akibat penangkapan ikan tak ramah lingkungan.
Di lokasi penyelaman pertama, Pulau Wairundi, kondisi perairan sangat jernih dan bening. Rataan terumbu karang yang luas ini tampak sangat rapat. Ludi mengategorikannya ”cukup”.
Istimewanya, penyelaman perdana ini disambut hiu blacktip (Carcharhinus limbatus). Apabila di lokasi lain Kompas hanya menjumpai hiu blacktip dalam satu kejapan karena biota ini cenderung menghindari pertemuan dengan manusia, di Wairundi sangat berbeda. Satu individu sepanjang 1 meter itu berulang memutari formasi penyelaman kami pada jarak 30 meter.
Saat petang, Kompas menengok area transplantasi terumbu karang di Apimasum yang dikelola warga bersama pendampingan WWF Indonesia. Area berpasir itu pun kini menjadi lokasi perlindungan kima (Tridacna sp).
Ibu-ibu sejak beberapa waktu lalu mengumpulkan kima dari sejumlah perairan yang terancam perburuan, kemudian melepaskannya di kebun kima Apimasum. Sementara di lokasi asli kima, seperti di Tridacna Reef, perjumpaan dengan kerang raksasa itu bisa dikatakan sangat minim.
Di zona inti itu, jejak-jejak kerusakan terumbu karang cenderung nyata. Ludi Aji berpendapat, kerusakan terjadi karena aktivitas pengeboman ikan. Tridacna Reef yang berada di ujung perbatasan kawasan TN Cenderawasih ini lokasinya jauh dari permukiman. Ini membuat pelaku pengeboman leluasa beraksi.
Apabila area ini bisa dipastikan tak lagi mengalami tekanan, kata Ludi, tutupan karang di kawasan ini relatif cepat pulih. Faktor pendukungnya adalah letaknya yang jauh dari daratan yang membuatnya terbebas dari kemungkinan sedimentasi dan paparan limbah.
Potensi pariwisata
Daya tarik lain adalah jejak geologi di bawah laut yang ditemukan di Pulau Numamuram dan Tanjung Mangguar. Di perairan Pulau Numamuram, tampak sebuah onggokan batu kotak yang mirip bagian atas menhir (meja korban pada zaman prasejarah) yang di beberapa bagian ditempeli karang. Di Tanjung Mangguar, beberapa bagian lapisan batuan bak kue lapis pun ditutupi karang keras dan karang lunak.
Evi Nurul Ihsan, Monitoring and Surveillance Officer WWF Indonesia di Teluk Cenderawasih, mengatakan, secara umum kondisi tutupan karang terbaik dari 14 lokasi penyelaman itu berada di Numamuram, Distrik Teluk Duairi, Teluk Wondama. Tutupan karang 53 persen atau dalam kondisi baik dan cenderung stabil pada pemantauan di tahun 2011 dan 2016.
Kepala Balai Besar TN Teluk Cenderawasih Ben Gurion Saroy menuturkan, potensi pariwisata wilayahnya sangat tinggi, baik di laut maupun di darat. Di dalam laut, ia merujuk keragaman terumbu karang terkaya di Indopasifik dengan kehadiran 220 spesies per hektar.
Daya tarik lain yang kini menjadi ikon Teluk Cenderawasih adalah perjumpaan dengan hiu paus (Rhincodon typus) yang bisa dialami sepanjang tahun. Di darat, beberapa kelompok masyarakat telah mengembangkan wisata pengamatan burung cenderawasih.
Ben menginginkan agar budaya masyarakat dan berbagai potensi alam ini dapat menghidupkan ekowisata di Teluk Cenderawasih. Harapannya, ekowisata ini bisa menghidupi 15.000 jiwa penduduk setempat yang hampir semuanya menggantungkan hidup dari alam.
Namun, apabila ini semua ingin dijadikan atraksi pariwisata, Kepala Program Pascasarjana Sumber Daya Akuatik Universitas Papua Paulus Boli berpesan agar pengembangannya tak bersifat eksploitatif ataupun massal. Jangan sampai Papua yang menjadi benteng kekayaan alam laut ini salah kelola. (ICHWAN SUSANTO/MOHAMMAD HILMI FAIQ/INGKI RINALDI)