Karang selamat, ikan melimpah, keindahan terjaga. Begitulah, karang menempati peran kunci dalam mempertahankan keelokan bawah laut. Sebagai berkah yang terberi, laut dan isinya tetaplah harus dijaga dengan akal dan budi. Sinergi antara akal dan budi mewujud dalam teknologi dan kebajikan manusia di Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng. Dalam memulihkan alam bawah laut, masyarakat di Pemuteran bekerja sama untuk memulihkan karang dengan biorock.
Sebagai desa pantai, pendapatan warga bersumber dari laut. Pada dekade 90-an, saat situasi ekonomi di Indonesia terpuruk, nelayan menggunakan bom dan sianida secara masif untuk meningkatkan jumlah tangkapan. Akibatnya, ekosistem karang rusak hingga 90 persen dan keanekaragaman ikan berkurang seiring dengan turunnya produktivitas ikan.
Tahun 2000, ilmuan kelautan Prof Wolf Hilberts dan Dr Tom Goreau serta pebisnis Yos Amerta dan Agung Prana mencoba mengimplementasikan teknologi yang dapat memicu pertumbuhan terumbu karang di Pemuteran. Teknologi itulah yang disebut dengan biorock.
Prinsip kerja biorock adalah dengan mengalirkan listrik voltase rendah (2-4 volt) ke struktur besi yang ditenggelamkan ke dasar laut. Listrik akan memecah kandungan air laut menjadi hidrogen dan oksigen sehingga permukaan besi akan membentuk karang solid yang tersusun dari kalsium karbonat dan magnesium hidrosida. Kedua zat tersebut akan mempercepat pertumbuhan terumbu karang 2 hingga 10 kali lebih cepat.
Tanpa pengawasan dan peran serta masyarakat dalam mendukung pemulihan ekosistem, biorock tidak akan berhasil.
Biorock telah diimplementasikan di sejumlah titik di Indonesia, yaitu Bali, Jakarta, Jawa Timur, Maluku, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Dari semua titik, biorock di Pemuteran lah yang paling berhasil. Menurut Koordinator Nasional Biorock Prawita Tasya Karissa, keberhasilan biorock di Pemuteran disebabkan oleh kerja sama yang baik antara masyarakat dengan Pecalang Segara (polisi laut dari adat) dalam mendukung program ini.
“Faktor cuaca dan keadaan air laut memang sangat memengaruhi pertumbuhan karang biorock, namun yang paling membuat biorock di Pemuteran berhasil adalah karena kerja sama warga sekitar untuk tidak merusak karang lagi,” kata Prawita.
Saat ini, terdapat 117 struktur besi yang telah ditenggelamkan di sepanjang laut Pemuteran. Pada 14 Desember lalu, struktur besi berbentuk garuda ditenggelamkan dalam rangka Festival Pemuteran.
Dari pengamatan Kompas, beberapa struktur besi telah tebal diselumuti oleh karang dengan berbagai jenis dan ukuran. Karang tumbuh mengikuti bentuk struktur besi sehingga membuat pengalaman menyelam lebih istimewa. Struktur berbentuk kapal misalnya, membuat penyelam seperti menjelajah kapal yang karam.
Penghargaan
Keterlibatan masyarakat yang dinaungi dengan Yayasan Karang Lestari telah mendapatkan pengakuan dari dunia. Pada Juni 2017 lalu, United Nations Development Programme (UNDP) menganugerahkan Penghargaan Equator kepada komunitas adat di Pemuteran atas usahanya mengembalikan keanekaragaman biota laut. Biorock Pemuteran menjadi contoh bagaimana lokalitas dapat menggerakkan perbaikan lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup.
Manajer Program Biorock Pemuteran Komang Astika menuturkan, terdapat tiga elemen utama dalam keberhasilan biorock, yaitu persiapan struktur biorock, pengecekan struktur dari organisme yang dapat membunuh karang, serta keterlibatan masyarakat. Keterlibatan masyarakat inilah yang di lokasi lain tidak sebaik di Pemuteran.
“Tanpa pengawasan dan peran serta masyarakat dalam mendukung pemulihan ekosistem, biorock tidak akan berhasil. Biaya untuk perawatan bisa kita usahakan, namun kemauan masyarakat untuk ikut terlibat jauh lebih sulit,” ungkap Komang Astika.
Menurut data dari Coral Triangle Center (CTC) tahun 2015, tutupan karang dari titik pengamatan Takad Pemuteran adalah 45 persen. Persentase tersebut masuk kategori cukup baik.
Padahal, Pemuteran mejadi kawasan dengan kerusakan koral yang parah pada dekade 90-an. Selain karena pemulihan secara natural, akselerasi pertumbuhan karang dengan teknologi biorock memberikan sumbangan yang sangat berarti.
Keberhasilan biorock dalam memulihkan lingkungan sekaligus menarik wisatawan mendapatkan apresiasi yang tinggi. Kepala Dinas Pariwisata Nyoman Sutrisna menyatakan, biorock di pemuteran akan terus didorong sebagai destinasi wisata dan konservasi karang. Promosi wisata lewat Festival Pemuteran misalnya, akan makin digarap secara serius.
Wilayah utara Bali yang belum terlalu dieksplorasi oleh wisatawan diharapkan akan bisa bersaing dengan destinasi-destinasi di sisi selatan yang sudah tersohor. Sebanyak 86 obyek yang menjadi daya tarik wisata telah ditetapkan dalam peraturan daerah, sehingga peningkatan wisawatan dapat makin terukur.
Tahun 2016, jumlah wisatawan yang menjejakkan kaki di Kabupaten Buleleng sebanyak 805.400 orang. Jumlah ini meningkat dibanding tahun 2015 yang tercatat sebanyak 702.900 orang. Jumlah kunjungan tersebut merupakan akumulasi dari wisatawan lokal dan wisatawan mancanegara.
Wisatawan manca negara terbanyak berasal dari Belanda, Perancis, dan Jerman. “Kami serius mempromosikan wisata di Buleleng. Potensinya sudah ada, hanya perlu sedikit dikemas dengan lebih baik lagi,” ujar Nyoman Sutrisna kepada Kompas.
Keterlibatan masyarakat dalam mengonservasi laut melalui biorock, perlahan-lahan mampu memulihkan kehidupan karang yang sempat terancam eksistensinya oleh perilaku nelayan yang merusak lingkungan.
Kesadaran masyarakat untuk menjaga karang dan biota laut dari kehancuran telah mengubah bencana lingkungan menjadi peluang untuk meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat. (Arita Nugraheni/Litbang Kompas)